Headlines News :
Home » » KISAH RONALDO SI FENOMENAL DI INTER MILAN

KISAH RONALDO SI FENOMENAL DI INTER MILAN

Written By Japrax on Selasa, 21 Maret 2017 | 21.04

Ada jutaan alasan mengapa Ronaldo Luis Nazario de Lima memiliki julukan sebagai "The Phenomenon". Bukan cuma kemampuannya yang fenomenal, cerita hidupnya juga. Kalau tidak bermain bola, mungkin ia hanya akan menjadi abang-abang pengangguran yang kerjanya cuma nongkrong di gang-gang sempit di kawasan permukiman Rio de Janiero.

Sebagaimana plot sebuah film, cerita hidup Ronaldo juga terbagi menjadi tiga babak: klimaks 1 - anti-klimaks - klimaks 2. Apabila merunut kariernya di level klub, membela Real Madrid bisa disebut sebagai puncak karier sepakbolanya. Ia meraih dua gelar liga atau yang terbanyak ketimbang saat membela kesebelasan lain. Apalagi, ia melakukannya setelah memenangi Piala Dunia 2002 dan menjadi bintang di sana.

Meskipun begitu, Real Madrid sekalipun tak akan bisa menghapus peran Inter Milan dalam karier sepakbola Ronaldo; mesi ia cuma meraih satu gelar Piala UEFA bersama Inter. Hanya satu gelar itu. Namun, di Inter-lah agaknya Ronaldo benar-benar merasakan apa yang namanya hidup.

Ronaldo punya kombinasi dari kecepatan dan kekuatan. Ia mampu melewati bek lawan dengan kemampuan teknis yang dipadukan dengan kecepatan. Saat menjaga bola, ia pun tak mudah jatuh karena postur tubuhnya yang menunjang.

Keluar Sekolah

Ronaldo adalah bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Nelio Nazario de Lima dan Sonia dos Santos. Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan telepon negara, Telerj. Saat melahirkan anak pertama, Sonia berhenti bekerja.

Saat usianya 11 tahun, Nelio dan Sonia bercerai. Sepakbola pun dijadikan Ronaldo sebagai pelampiasan. Ia lebih banyak meninggalkan kelas dan memilih bermain bola. Hal ini yang membuat Ronaldo tidak melanjutkan sekolahnya demi mengejar impiannya sebagai pesepakbola.

"Aku tak bisa menerima kenyataan kalau anakku cuma bermain bola. Masa depan seperti apa yang ia harapkan?" kata Sonia kala itu. "Aku selalu menemukannya bermain bola di jalanan dengan teman-temannya saat seharusnya ia belajar di sekolah. Aku tahu, aku sudah kalah dalam pertempuran."

Keputusan Ronaldo untuk meninggalkan sekolah memang tidak salah. Ia menjadi primadona di lini serang di tiap kesebelasan yang ia bela. Pernah suatu ketika ia mencetak 11 gol dari 12 gol yang dicetak oleh timnya.

Salah satu keinginan pesepakbola manapun biasanya membela kesebelasan asal daerahnya. Pun dengan Ronaldo yang ingin bermain untuk Flamengo. Terlebih idolanya, Zico, juga bermain untuk Flamengo di era 1980-an.

Ronaldo sempat mencoba berlatih di tim Flamengo Junior. Ia bermain sebaik mungkin agar bisa mendapatkan tempat di tim reguler. Namun, ketidakmampuannya membayar tiket bus, membuatnya mengurungkan niat bergabung dengan Flamengo.

Di usia 12 tahun, kepindahannya ke Sao Cristovao, menjadi salah satu momen penting dalam hidupnya. Pasalnya, di sana-lah ia bertemu dengan Reinaldo Pitta dan Alexandre Martins, agennya di masa depan. Karena pertemuan itu pula-lah, Ronaldo bisa bermain di kesebelasan profesional, Cruzeiro.

"Kami langsung melihat kalau dia bisa menjadi seseorang yang berbeda ketimbang pemain lain," sebut Pitta.

Ronaldo mampu membawa Cruzeiro meraih gelar juara Liga Brasil pada 1993. Padahal, usianya kala itu masih 17 tahun. Semusim berselang, namanya sudah tercantum dalam skuat Brasil yang menjuarai Piala Dunia 1994. Memang, ia tak menjadi pemain inti, tapi momen tersebut memberinya pengalaman untuk bagaimana kembali meraih trofi paling bergengsi di dunia itu.

Setelah Piala Dunia 1994, Ronaldo memutuskan untuk hijrah ke PSV yang menjadi kesebelasan pertamanya di Eropa. Dua tahun di PSV dengan catatan hampir 1 gol tiap pertandingan, Ronaldo pun hijrah ke Barcelona. Namun, hanya semusim ia berada di Nou Camp, untuk kemudian pindah ke Inter Milan dengan status sebagai pemain termahal di dunia.

Di setiap kesebelasan, Ronaldo selalu mendapatkan rasa hormat dari penggemar dan media. Ia juga berusaha untuk memelajari bahasa setempat seperti Belanda, Spanyol, dan Italia.

"Kini, kalau Anda ke tempat latihan dan meminta wawancara, dia akan menjawabnya dengan bahasa Italia," ujar Lucca Valdisseri wakil editor olahraga Corriere Della Sera.

Bersama Inter Milan dan Piala Dunia 1998

Di Inter Milan, Ronaldo jelas menjadi harapan semua penggemar. Ronaldo diharapkan menjadi penuntas dahaga Inter yang puasa gelar Serie A selama delapan tahun.

Di musim pertamanya di Italia, Ronaldo langsung beradaptasi. Ia bisa mencetak 25 gol atau yang terbanyak kedua kala itu. Ronaldo bukan cuma jadi pujaan publik Giuseppe Meazza, tapi juga buat pelatih Inter, Luigi Simoni. Ronaldo yang masih berusia 20 tahun, diplot sebagai penyerang utama Inter. Ia juga menjadi penendang utama penalti dan tendangan bebas.

Setelah musim pertamanya usai, Ronaldo pun dipanggil pelatih Mario Zagallo sebagai penyerang utama Selecao untuk Piala Dunia 1998 yang dihelat di Prancis. Media menyebutnya akan bersinar di turnamen empat tahunan tersebut.

"Pada 1998, tidak ada yang sebertalenta Ronaldo yang secara gaib menggabungkan kekuatan, kecepatan, dan kemampuan yang diinginkan semua anak;di usia 21, harapan dan mimpi sebuah negara bersandar di pundaknya," tulis Jacob Steinberg dari The Guardian.

Nubuat ini hampir menjadi kenyataan karena hingga babak semifinal, Ronaldo sudah mencetak empat gol. Lalu, tibalah momen yang masih belum terjawab hingga saat ini.

72 menit jelang pertandingan final, kertas susunan pemain mulai disebarkan. Perwakilan dari FIFA lantas terkejut karena yang muncul justru nama "Edmundo" bukan "Ronaldo".

Yang terkejut bukan cuma perwakilan FIFA, tapi juga rekan-rekan Ronaldo lain. Zagallo memang sempat memberi motivasi kalau mereka bisa seperti Brasil yang memenangi Piala Dunia 1962 tanpa Pele. Bagaimanapun motivasi ini tak bisa dibilang berhasil karena Brasil kehilangan tumpuan mereka di lini depan: si jimat yang justru terbaring karena entah penyakit apa.

Tak masuknya Ronaldo ke dalam susunan pemain, membuat suasana riuh di ruang jurnalis. Pada anggapan awal, mereka menganggap Ronaldo mengalami cedera engkel, tapi jelas tak semua percaya.

Pada akhirnya kita semua tahu. Gelar yang ada di depan mata pun hilang. Tiga gol Prancis membuat Brasil merana. Mereka kembali dengan tangan hampa. Yang jelas, Ronaldo pun menjadi sorotan. Malah tidak sedikit yang menjadikannya sebagai biang kekalahan Brasil di final Piala Dunia 1998.

Memutari Kiper

Salah satu momen yang diingat dari Ronaldo adalah caranya mencetak gol yakni dengan memutari kiper. Momen tersebut bukan sekadar unik, tetapi sekaligus menjadi pertunjukkan kehebatan seorang Ronaldo. Ia bergerak dari tengah lapangan, mencari ruang, berhadapan dengan kiper, lalu melewatinya sebelum melepaskan tendangan ke gawang.

Salah satu alasan mengapa ia bisa begitu sering melewati kiper adalah karena ketepatannya mencari momentum dan kerja samanya dengan pengumpan. Ronaldo biasanya menerima umpan terobosan di belakang bek lawan sehingga ia bisa langsung berhadapan kiper dan melewatinya.

Hal seperti ini jelas memerlukan kepintaran tersendiri dari seorang penyerang. Ia harus tahu kapan momentum yang pas untuk berlari dan meminta bola. Ia juga harus memiliki keyakinan dalam diri si pengumpan untuk percaya memberi umpan kepadanya.

Salah satu yang terbaik adalah saat menghadapi Lazio di Stadio Olimpico pada musim 1997/1998. Ronaldo kala itu tinggal berhadapan dengan kiper Luca Marchegiani. Sebelum melewatinya, Ronaldo terlebih dahulu melakukan step over untuk mengelabui sang kiper, untuk kemudian melesakkan bola ke gawang.

***

Fase di Inter Milan bagaikan sebuah plot film bagi Ronaldo. Ia datang sebagai pemain termahal di dunia. Di musim pertamanya, ia sudah beradaptasi dengan sepakbola Italia dan menjadi pencetak gol kedua terbanyak di liga.

Di tahun yang sama, ia menjadi pesakitan. Ia berada di titik terendah dalam karier hidupnya setelah gagal membawa Brasil menjuarai Piala Dunia 1998.

Kariernya di Inter Milan diakhiri dengan mengangkat Piala Dunia 2002. Ia melengkapinya dengan catatan sebagai pencetak gol terbanyak; dua golnya pula yang menjebol gawang Oliver Khan di babak kedua.

Sumber:  http://supersoccer.tv/news/kisah-ronaldo-si-fenomenal-di-inter-milan

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Jangan Lupa Follow Us Interisti

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Inter Milan Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger